Iklan Header

Branding Menggunakan AI (ChatGPT): #5 Membangun dan Merawat Brand

Pentingnya Konsistensi dan Keaslian (Authenticity) dalam Branding

Setelah bisa membayangkan tujuan besar branding. Di artikel ke=5 ini kita bahas kenapa konsistensi dan keaslian itu penting untuk sebuah brand. Istilahnya mungkin terdengar sulit, jadi mari jelaskan dengan cara yang sangat sederhana.

Dua Contoh Sederhana

Bayangkan kamu punya dua teman pelatih (coach): Sarah dan Jake.

Sarah: Programnya bagus, punya banyak cerita keberhasilan klien, aktif promosi di media sosial.
Tapi kontennya berubah-ubah: hari ini rencana latihan yoga, besok pola makan sehat, lusa diet ekstrem. Ini membingungkan. Yoga dan makan sehat terasa selaras, tapi tiba-tiba muncul diet ekstrem yang terasa “nggak oke”.

Jake: Pelatih yang baik, tidak ikut-ikutan tren aneh. Kontennya konsisten.
Kalau kamu mau membangun otot, kamu tahu persis Jake membahas apa. Profilnya jelas, kamu bisa cari latihan yang perlu. Kamu tidak berharap lihat diet aneh. Karena fokus dan konsisten, kamu jadi lebih percaya.

Kenapa Bisa Begitu?

Ada dua alasan utama:

  1. Otak suka hal yang tetap/teratur. Hal yang berulang membuat kita merasa aman dan membantu membangun kepercayaan.

  2. Bias berpikir (cognitive bias). Kita cenderung percaya bahwa orang yang ahli di satu hal tidak bisa sama hebatnya di hal lain. Jadi kalau kamu lompat-lompat topik, orang jadi ragu pada keahlianmu.

Tentang Target Audiens

Audiens juga punya selera. Misalnya, ada orang yang cocok dengan pola makan “tenang dan alami” (sayur, buah, sereal), tapi tidak suka diet ekstrem.
Saat Sarah memposting diet ekstrem, audiens yang suka cara “tenang” jadi merasa “ini bukan untukku”. Artinya, tidak konsisten bisa membuat audiensmu berubah atau pergi.

Contoh Nyata Seorang Coach

Ada seorang coach hubungan (relationship coach). Enam tahun lalu ia fokus pada topik kekerasan/pelecehan dalam hubungan. Setahun kemudian aku lihat lagi, topiknya masih sama. Video dan tampilannya berubah, tapi inti pesannya tetap. Karena topiknya “evergreen” (selalu relevan), ia membangun audiens yang besar dan kepercayaan yang kuat. Orang yang berkunjung ke halamannya tahu apa yang diharapkan.

Konsistensi Bukan Berarti Membosankan

“Konsisten” artinya sejalan di semua platform dan setia pada keyakinanmu, bukan cuma mengulang satu hal tanpa henti.
Tetap boleh punya banyak minat (diet alami, yoga, traveling, retreat, dll.), tapi pisahkan audiensnya: bisa beda akun, beda platform, atau beda segmen, supaya tidak campur aduk.

Mengapa Emosi Penting dalam Branding

Kita ingin brand yang mengerti dan peduli pada kita—seperti teman baik.
Perasaan memengaruhi keputusan belanja. Saat brand membuat kita merasa baik, kita ingat dan ingin beli lagi.
Contoh Nike dengan “Just Do It”: bukan sekadar sepatu, tapi dorongan untuk berani dan berhasil. Pesan yang konsisten membuat orang merasa terinspirasi dan dimengerti.

Di otak ada bagian bernama sistem limbik (mengatur emosi). Saat brand menyentuh bagian ini, kita ingat dan terikat. Karena terasa menyenangkan, kita cenderung memilih brand itu lagi.

Contoh Konsistensi di Brand Besar

  • Coca-Cola: selalu tentang kebahagiaan dan kebersamaan. Pesan bahagia yang berulang membuat orang mengaitkannya dengan momen senang.

  • Starbucks: di mana pun, suasana dan pelayanannya mirip. Rasa nyaman ini membuat orang betah dan kembali.

Tentang Keaslian (Authenticity)

Keaslian = jujur dan setia pada nilai yang kamu percaya.
Kalau hari ini diskon, besok nada bicara berubah total, orang jadi bingung. Dengan tetap jadi “dirimu yang sama”, orang merasa bisa percaya.

Contoh Dove – Real Beauty: menampilkan perempuan asli dengan berbagai bentuk tubuh, bukan hanya model. Ini bermakna dan membuat orang merasa dihargai, bukan hanya menjual sabun, tetapi juga membawa nilai dan pesan.

Cara Menunjukkan Konsistensi dan Keaslian

  1. Storytelling (bercerita).
    Cerita membantu menjelaskan nilai dan keyakinanmu. Bisa dalam bentuk tulisan, gambar, atau video.

  2. Engagement (interaksi) yang konsisten.
    Gunakan nada bicara yang sama dan ramah saat membalas pesan/komentar (termasuk saat ada keluhan).
    Siapkan contoh jawaban (prompt) untuk berbagai situasi agar seragam.

  3. Contoh brand yang dekat dengan audiens: Glossier.
    Aktif di media sosial, mengajak orang berbagi cerita, memberi umpan balik, dan membangun komunitas. Orang suka merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Contoh Lain Brand yang Berhasil

  • Apple: konsisten soal kreativitas dan inovasi.

  • Patagonia: konsisten soal kepedulian lingkungan (bahan ramah lingkungan, dukung gerakan hijau).
    Konsistensi + keaslian = rasa percaya dan cinta pada brand.

Ringkasan Poin Utama

  • Brand yang menyentuh emosi lebih mudah diingat dan dicintai.

  • Pesan yang konsisten memudahkan orang mengingat dan percaya.

  • Keaslian (jujur pada nilai) membuat orang merasa dekat dan “nyambung”.

Kesimpulan dan Langkah Praktis

Tentukan nilai inti brand dan pesan utama. Pastikan konsisten di semua platform dan semua pesan.
Menjadi konsisten, asli, dan bisa dipercaya itu seperti menanam benih: hasilnya menjadi pohon yang kuat di masa depan.

Sebaiknya kamu juga menuliskan panduan reaksi brand terhadap peristiwa besar (berita, isu sosial/politik, sejarah). Tentukan: apakah brand akan menanggapi atau diam? Bagaimana nada bicaranya? Ini penting agar tetap selaras dan konsisten.

Jangan lupa: brand terbaik adalah brand yang aktif terhubung dengan audiensnya.

Pertanyaan untukmu

  • Bagaimana caramu membuat brand lebih konsisten dan asli?

  • Langkah apa untuk memastikan brandmu menyentuh emosi audiens?

  • Cerita nyata apa yang bisa kamu bagikan agar audiens merasa “ini tentang aku”?

Dengan fokus pada konsistensi dan keaslian, kamu bisa membangun brand yang menonjol dan menciptakan hubungan yang hangat dan tahan lama dengan audiens. Tunjukkan pada dunia apa yang membuat brandmu istimewa.

Brand Consistency Checklist (Daftar Periksa Konsistensi Brand)

Tujuan daftar ini: supaya kamu tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana caranya, dan apa yang perlu dipikirkan sebelum membangun brand—atau saat ingin memperbaikinya.

1) Tentukan Brand Guidelines (Panduan Brand)

Buat panduan tertulis yang jelas:

  • Misi brand: alasan brandmu ada dan kontribusinya. Jangan sekadar kalimat umum “membuat dunia lebih baik” kalau kamu sendiri tidak benar-benar meyakininya. Tulis cara konkretnya: apa idenya, alatnya, dan langkahnya.

  • Kebahagiaan dan keselarasan: pahami apa yang membuatmu bahagia, bagaimana perusahaanmu berkontribusi ke sana, dan bagaimana bisnis ini cocok dengan hidup dan gaya hidupmu. Saat kamu bahagia, pelanggan ikut bahagia. Ini penting agar kamu bisa bertahan lama.

2) Visi, Nilai, dan Aturan Respons

  • Tulis visi (arah besar ke depan) dan nilai inti (apa yang kamu percaya).

  • Buat “daftar aturan”: hal apa yang kamu dukung, hal apa yang kamu abaikan, dan bagaimana kamu merespons suatu peristiwa.
    Dengan begitu, kalau ada kejadian, kamu sudah tahu cara merespons sesuai nilai dan misi.

3) Aturan Visual: Logo, Warna, Tipografi

  • Tentukan aturan logo (ukuran, jarak aman, kapan boleh/tidak boleh dipakai).

  • Tetapkan skema warna yang konsisten.

  • Pilih tipografi (font) yang sesuai karakter brand (tegas, elegan, ramah, dsb). Font memberi rasa yang berbeda pada orang yang melihat.

4) Nada Bicara (Tone of Voice)

  • Tentukan cara bicara saat membalas pesan dan menanggapi umpan balik: kata pembuka, sapaan, gaya bahasa, dan contoh jawaban.

  • Pastikan semua orang di tim memakai nada bicara yang sama agar konsisten.

5) Konsisten di Semua Platform dan Materi

  • Gunakan logo, warna, dan font yang sama di website, media sosial, kartu nama, brosur, dan iklan.

  • Jika Instagram bergaya A, maka email dan situs juga harus terasa A.
    Desain yang seragam membuat brand terlihat profesional, mudah dikenali, dan membangun kepercayaan.

6) Konsistensi di Media Sosial

  • Jaga gaya visual dan tone yang sama di semua kanal (Instagram, TikTok, Facebook, X/Twitter, dsb).

  • Gunakan gambar serupa, cara bicara serupa, dan pola konten yang serupa.
    Tujuannya: orang merasa “ini memang brand yang sama” dan merasa bagian dari komunitasmu.

7) Pelatihan Karyawan/Tim

  • Edukasi karyawan tentang konsistensi dan nilai brand. Jelaskan aturan dan alasan di baliknya.

  • Anggap tim sebagai rekan seperjuangan menuju tujuan yang sama.
    Cari orang yang sevisi agar saling mendorong ke prestasi yang lebih baik.

8) Samakan Layanan Pelanggan dengan Nilai Brand

  • Jika brand-mu ramah dan santai, layanan pelanggan juga harus ramah dan santai—jangan kaku dan dingin.

  • Pastikan pengalaman konsisten di semua titik kontak: email, DM, komentar, telepon.
    Orang harus mendapat kualitas layanan yang sama di mana pun mereka menghubungi.

9) Latih Tim Layanan Pelanggan

  • Tim harus hafal nilai brand dan bisa menyampaikannya di setiap percakapan.

  • Ingat: mereka adalah wajah brand saat membantu pelanggan. Mereka bukan hanya menyelesaikan masalah, tapi juga menegaskan identitas brand.

10) Personalisasi yang Hangat

  • Tetap konsisten, tapi beri sentuhan pribadi: panggil nama, ingat percakapan sebelumnya, tunjukkan ketulusan.

  • Orang merasa dihargai jika diperlakukan sebagai individu, bukan sekadar nomor tiket.

11) Terbuka pada Umpan Balik

  • Ajak pelanggan berbagi pengalaman baik dan buruk.
    Tunjukkan bahwa kamu mendengar dan bertindak.
    Perubahan nyata setelah menerima masukan akan menambah kepercayaan dan loyalitas.

12) Menangani Pertanyaan Sulit dan Umpan Balik Negatif

  • Tetap beri informasi, tetap ramah. Kadang orang bertanya hanya ingin berinteraksi atau mencari perhatian—beri mereka ikatan emosional yang sehat.

  • Jangan langsung hapus kritik (kecuali murni ujaran kebencian).
    Orang lain memperhatikan cara kamu menanggapi. Jika kamu membalas dengan baik, mereka bisa jadi semakin loyal.

  • Akan ada pelajaran khusus soal cara menghadapi kritik; intinya sekarang: tetap tenang, hormat, dan solutif.

13) Branding = Komunitas

  • Ingat, branding bukan hanya logo dan warna. Branding adalah rasa kebersamaan.
    Saat kamu konsisten dan tulus, orang merasa nyambung, ingin bertahan, dan bangga menjadi bagian dari brand-mu.

Intinya: Konsistensi + Keaslian = Kepercayaan + Loyalitas.
Jaga panduan brand, visual, tone, layanan pelanggan, dan responsmu agar selalu sejalan. Dengan begitu, brand-mu akan mudah dikenali, disukai, dan diingat.

Selanjutnya di Episode terakhir, Elppas akan bahas contoh-contoh prompt ChatGPT untuk membantuk membangun brand-mu. 

Posting Komentar untuk "Branding Menggunakan AI (ChatGPT): #5 Membangun dan Merawat Brand"