Iklan Header

30 Ceramah Singkat Kultum Tarawih dan Ba'da Subuh Ramadhan 2023

Bulan suci Ramadhan 2023 atau 1444 Hijriah telah tiba dan diperkirakan semua umat Muslim akan memulai pelaksanaan shalat tarawih pada malam ini.


Bagi bapak-bapak atau pemuda yang berkesempatan menjadi pen ceramah sebelum shalat tarawih, berikut ini disajikan 30 tema kultum Ramadhan yang dapat dijadikan acuan.

Tema atau judul ceramah atau kuliah tujuh menit ini juga dapat disampaikan di masjid atau musala setelah salat wajib.

Bagi anak-anak sekolah yang memiliki tugas menulis ceramah juga bisa menyadur ceramah dari sini jika ketinggalan menghadiri ceramah di masjid karena ada halangan.

Berikut ini adalah 30 contoh tema kultum Ramadhan untuk para dai dan pen ceramah:

Semoga 30 tema ceramah singkat kultum Ramadhan ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi para dai dan pen ceramah untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada jamaah. Marilah kita manfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menjadi pribadi yang lebih baik. 

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan rahmat-Nya kepada kita semua.

1. Memahami Makna dan Tujuan Puasa Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga memiliki makna yang mendalam dan tujuan yang mulia.

Makna puasa Ramadhan yang pertama adalah sebagai bentuk pengendalian diri. Dengan menahan diri dari makan dan minum selama berpuasa, kita dapat memperkuat kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu. Dalam Al-Qur'an disebutkan, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa" (QS. Al-Baqarah: 183).

Tujuan puasa Ramadhan yang kedua adalah sebagai bentuk rasa empati terhadap sesama. Dalam berpuasa, kita dapat merasakan bagaimana rasanya hidup tanpa makanan dan minuman. Hal ini dapat membantu kita untuk lebih menghargai dan memperhatikan mereka yang hidup dalam kekurangan. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

Makna dan tujuan puasa Ramadhan yang ketiga adalah sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas spiritualitas. Dalam puasa, kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah seperti membaca Al-Qur'an, berdoa, dan bersedekah. Dengan demikian, kita dapat memperkuat hubungan dengan Allah SWT dan mengembangkan akhlak yang baik.

Oleh karena itu, sebagai umat Islam yang menjalankan puasa Ramadhan, mari kita memahami makna dan tujuan di balik ibadah ini. Mari kita menjadikan puasa sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas diri, membantu sesama, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

2. Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, saya akan menerangkan secara singkat tentang keutamaan puasa di bulan Ramadhan.

Keutamaan ini diambil dari buku Paham Hisab Muhammadiyah dan Tuntunan Ibadah Bulan Ramadan yang diterbitkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. 

Pertama, bahwa orang yang berpuasa Ramadan dengan penuh kesadaran iman dan pengharapan terhadap Allah, serta mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan menjaga dirinya sebagaimana mestinya, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Dari Abū Hurairah [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadan dengan dengan penuh kesadaran iman dan pengharapan (terhadap Allah) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu [HR al-Bukhārī dan Muslim].

Kedua, Puasa akan mendapatkan pahala yang dilipatgandakan oleh Allah secara tak terbatas apabila dilaksanakan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.

Dari Abū Hurairah r.a. [dilaporkan bahwa] ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Allah Ta‘ala berfirman: Setiap amal anak Adam (manusia) adalah untuk dirinya, dan ganjaran kebaikan itu dilipatkan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Dia adalah untuk-Ku dan Aku yang membalasnya (dengan tanpa batasan). Orang yang berpuasa itu meninggalkan makanan dan syahwatnya demi Aku, dan meninggalkan minuman dan syahwatnya demi Aku. Maka puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku membalasnya [HR adDārimī].

Hadis tersebut bermaksud bahwa setiap amal ibadah yang dilakukan dengan penuh iman, keikhlasan, dan menjauhi dosa-dosa besar akan mendapatkan pahala yang dilipatgandakan antara sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Namun, puasa dikecualikan karena Allah akan melipatgandakan pahalanya dengan tanpa batas jika dilakukan dengan penuh iman, keikhlasan, dan menjauhi dosa-dosa besar. Hal ini menunjukkan keutamaan puasa di atas amalan lainnya.

Hal itu karena di dalam puasa terdapat unsur perjuangan berat, yaitu mengendalikan diri dari segala godaan dan syahwat yang dapat membawa seseorang kepada berbagai perbuatan yang merugikan dan bertentangan dengan kepatutan.

Ketiga, dari melaksanakan puasa adalah mendapatkan dua kebahagiaan. Kebahagiaan dunia saat berbuka puasa dan kebahagiaan akhirat saat bertemu dengan Allah kelak di hari kiamat.

Dari Abū Hurairah, dari Nabi saw (bahwa) beliau bersabda: Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan: kegembiraan saat berbuka puasa dan kegembiraan ketika menghadap Tuhannya Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung [HR Ahmad].

Keempat, orang yang berpuasa hanya satu hari di jalan Allah akan dijauhkan dari neraka sejauh tujuh puluh tahun.

Dari Abū Sa‘īd al-Khudrī r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Barang siapa berpuasa satu hari di jalan Allah akan dijauhkan Allah dirinya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun [HR Muslim].

Kelima, orang yang berpuasa akan mendapatkan keistimewaan memasuki syurga melalui pintu khusus di hari akhirat nanti.

Dari Sahl r.a., dari Nabi saw (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda: Sesungguhnya di syurga terdapat sebuah pintu yang diberi nama ar-Rayyān, yang melaluinya orang-orang berpuasa masuk ke syurga di hari kiamat. Pintu itu tidak dilalui oleh siapa pun selain mereka. Di akhirat nanti dilakukan pemanggilan: Mana orang-orang yang berpuasa? Lalu mereka berdiri [dan masuk ke syurga] dan tidak ada seorang pun masuk melalui pintu itu. Apabila mereka telah masuk pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorangpun masuk melaluinya [HR alBukhārī].

Keenam, bulan Ramadan adalah bulan yang penuh rahmat. Pintu surga dibuka untuk mencurahkan rahmat Allah kepada hamba-Nya.

Dari Dari Abū Hurairah (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw bersabda: Apabila telah masuk bulan Ramadan, dibukalah pintu-pintu langit dan ditutup pintu-pintu neraka, dan syaitansyaitanpun dibelenggu [HR al-Bukhārī].

Demikian 6 keutamaan puasa di bulan Ramadhan

Wallahualam bisawab. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

3. Hukum Tarawih Sendirian

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Salallahu Alaihi Wasalam bersabda, yang artinya: "Barang siapa yang melakukakn Qiyam Ramadhan (Beribadah di Malam Ramadhan) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." [HR. Bukhari dan Muslim].

Dan para ulama menjelaskan bahwa shalat tarawih termasuk qiyam Ramadhan mengisi malam ramadhan dengan ibadah.

Nabi Muhammad SAW memberikan janji yang besar berupa ampunan dosa. Karena itulah sholat tarawih termasuk sholat sunah muakkad atau sholat sunah yang sangat ditekankan.

Boleh dikerjakan sendirian.

Para ulama menegaskan, bahwa sholat tarawih boleh dikerjakan sendirian. Karena bukan syarat sahnya sholat taraiwh harus dikerjakan berjamaah.

An-Nawawi menjelaskan, "Sholat tarawih adalah sunah dengan sepakat ulama, boleh dikerjakan sendirian atau berjamaah." [Ak0Nahny 4/31].

Lebih utama berjamaah ataukah sendirian?

Nabi Muhammad SAW memotivasi agar sholat tarawih dikerjakan berjamaah. Dalam hadits dari Abu Dzar RA, Bahwa ketika Nabi Muhammad SAW sholat hingga pertengahan malam, sebagaian sahabat minta agar beliau memperlama hingga akhir malam.

Kemudian beliau menyebutkan keutamaan sholat tarawih berjamaah. "Barangsiapa yang sholat tarawih berjamaah bersama imam hingga selesai, maka dia mendapat pahala shola tahajud semalam suntuk." [HR. Nasai, Ibnu Majah dan dishahihkan Al-Albani].

Allahu akbar, sholat tarawih berjamaah bersama imam sampai selesai, pahalanya seperti sholat semalam suntuk. Yang itu hampir tidak mungkin pernah kita kerjakan. Karena itulah mayoritas ulama mengatakan lebih utama mengerjakan sholat tarawih secara berjamaah.

Kita simak penjelasan As-Syaukani dalam Nailul Authar. Ulama berbeda pendapat, mana yang afdhal, shalat tarwih sendirian atukah berjamaah di masjid?

As-syafi'i dan mayoritas ulama mazhabnya, Abu Hanifah, Ahmad, sebagian malikiyah dan yang lainnya berpendapat yang lebih afdol dikerjakan berjamaah.

Sebagaimana yang dikerjakan Umar Bin Khattab dan para sahabat radhiallahu anhum, dan itu turun temurun dipraktekkan kaum muslimin, karena termasuk bagian dari syiar yang dhohir.

Kemudian As-Syaukani menyebutkan pendapat kedua. Sementara Imam Malik, Abu Yusuf, sebagian Syafi'iyah, serta ulama lainnya berpendapat salat tarawih sendirian di rumah lebih utama, berdasarkan hadis Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, "Salat yang paling utama adalah salat yang dikerjakan seseorang di rumahnya kecuali salat wajib." [Nailul Authar, 3/59]. 

Dan kita bisa menilai pendapat mayoritas ulama lebih kuat dalam hal ini. Mengingat ada motivasi khusus dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam untuk mengerjakannya berjamaah di Masjid.

Dalam kondisi ini sendirian lebih utama. Di beberapa tempat di Indonesia ada masjid yang salat tarawihnya sangat ngebut. Mungkin karena mengejar target jumlah rakaat yang banyak. Yang unik di rakaat kedua selalu membaca surat Al-ikhlas. Sujud dan duduk diantara dua sujud, sering menjadi korban, karena dikerjakan tidak tumaninah.

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melihat orang salat yang tidak menyempurnakan rukuknya dan seperti mematuk ketika sujud. Kemudian beliau bersabda yang artinya, "Tahukah kamu orang ini, siapa yang meninggal dengan keadaan (salatnya) seperti ini maka dia mati di atas selain agama Muhammad. Dia mematuk dalam salatnya sebagaimana burung gagak mematuk darah." [HR. Ibnu Khuzaimah dan dihasankan Al-Albani].

Jika Anda menjumpai masjid semacam ini sebaiknya ditinggalkan bisa Mencari masjid yang lain atau salat sendiri di rumah daripada Anda tarawih dengan model salat yang sangat tidak berkualitas.

Kesimpulan dari keterangan di atas:

  1. Salat tarawih boleh dikerjakan di rumah atau di selain masjid baik sendirian atau berjamaah bersama keluarga
  2. Jika memungkinkan salat tarawih dikerjakan bersama imam masjid lebih utama karena bernilai pahala seperti salat semalam suntuk
  3. Jika pelaksanaan salat tarawih di masjid sekitar kita tidak berkualitas, maka sebaiknya salat Tarawih di rumah sendirian atau bersama keluarga dengan berusaha menjaga kualitas salat.


Demikian Allahu a'lam. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Niat Sholat Tarawih 11 Rakaat Berjamaah 

Perhatian! Ceramah khusus kalangan tertentu, karena di Persis dan beberapa organisasi lain tidak ada niat khusus seperti ini.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Penting bagi umat Islam yang akan melaksanakan sholat tarawih di bulan Ramadhan untuk mengetahui bacaan niatnya. Berikut ini adalah bacaan niat sholat tarawih 11 rakaat berjamaah beserta sholat witir.

Selain ibadah wajib, sholat tarawih juga disunahkan bagi umat Islam di bulan Ramadhan. Sholat tarawih dapat dilakukan sendiri atau berjamaah, namun umumnya dilaksanakan secara berjamaah di masjid untuk memperkuat tali silaturahmi dengan sesama jamaah.

Sholat tarawih merupakan shalat sunnah yang dilaksanakan setiap malam selama bulan Ramadhan setelah shalat Isya. Terdapat berbagai pendapat dari para ulama mengenai jumlah rakaat sholat tarawih, salah satunya dari mazhab Hanafi seperti Imam Al-Kamal Ibnu al-Humam, yang menyatakan bahwa sholat tarawih terdiri dari 8 rakaat. Dalam kitabnya, Fathul Qadir, Imam Al-Kamal Ibnu al-Humam menuliskan:

أَنَّ قِيَامَ رَمَضَانَ سُنَّةٌ إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ فِي جَمَاعَةٍ فَعَلَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ تَرَكَهُ لِعُذْرٍ... وَظَاهِرُ كَلَامِ الْمَشَايِخِ أَنَّ السُّنَّةَ عِشْرُونَ، وَمُقْتَضَى الدَّلِيلِ مَا قُلْنَا

Sesungguhnya Qiyamul Lail di Bulan Ramadhan hukumnya sunnah, yaitu 11 rakaat dengan witir, secara berjamaah. Hal itu dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu ditinggalkannya karena ada uzur... Dan zahir pendapat masyayikh bahwa sunnahnya 20 rakaat. Sedangkan, menurut dalil adalah apa yang kami katakan (8 rakaat tanpa witir). (Lihat: Al-Kamal Ibnu al-Humam, Fathul Qadir, juz 2, halaman 448).

Umat Islam yang melakukan shalat tarawih 11 rakaat berjamaah di masjid dapat melafalkan niat sholat tarawih empat rakaat ataupun dua rakaat berikut ini
Niat Sholat Tarawih Berjamaah 4 Rakaat Salam

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ َارْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

Latin: Ushallii sunnata tarawihi arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati makmuman lillaahi ta'aalaa

Artinya: "Aku niat Shalat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat menjadi makmum karena Allah Ta'ala"
Niat Sholat Tarawih 2 Rakaat Salam

أُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Latin : Ushalli sunnatat tarawihi rak'ataini mustaqbilal qiblati ma'mûman lillahi ta'ala.

Artinya: "Saya niat shalat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, menjadi makmum karena Allah ta'ala."

Mengenai jumlah rakaat formasi sholat tarawih 11 rakaat berjamaah yang sering dipakai di Indonesia adalah dengan 4 rakaat salam, 4 rakaat salam, lalu diakhiri witir 3 rakaat. Atau 10 rakaat dengan 5 kali salam (setiap 2 rakaat shalat tarawih ditutup dengan salam, kemudian kembali melakukan 2 rakaat dan salam ) dan diakhiri 1 rakaat witir.

Untuk tata cara sholat witir sama dengan tata cara sholat tarawih, hanya dibedakan pada niatnya. Berikut niat sholat witir 1 rakaat serta 3 rakaat secara sekaligus.
Niat Salat Witir 1 Rakaat

أصلى سنة الوتر ركعة مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لله تعالى

Latin : Ushalli sunnatal Witri rak'atan mustaqbilal qiblati ada'an (imamam/ makmuman) lillahi ta'ala.

Artinya: "Aku berniat sholat sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai, (imam/makmum) karena Allah SWT."
Niat Salat Witir 3 Rakaat Sekaligus

اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً (إِمَامًا/مَأْمُوْمًا) لِلهِ تَعَالَى

Latin : Ushalli sunnatal witri tsalâtsa raka'âtin mustaqbilal qiblati adâ'an (imaman/makmuman) lillâhi ta'âlâ

Artinya: "Aku menyengaja salat sunnah shalat witir tiga rakaat dengan menghadap kiblat sebagai imam/makmum karena Allah Ta'ala."

Demikian informasi tata cara sholat tarawih berjamaah 11 rakaat lengkap dengan witir. Semoga bermanfaat!

Demikian Allahu a'lam. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. Manfaat Membaca Al-Qur’an dan Berpuasa

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kadang-kadang kita merasa termotivasi untuk beribadah, tetapi kadang-kadang kita merasa malas untuk melaksanakannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawaban yang paling mudah adalah karena takdir dari Allah 'Azza wa Jalla. Allah telah menentukan bahwa hari ini kita semangat dan besok kita malas.

Namun, semua hal pasti memiliki penyebabnya. Salah satu penyebab terbesar yang membuat orang malas atau termotivasi untuk beribadah adalah kondisi hati. Ketika hati sehat dan bersih, biasanya seseorang akan merasa termotivasi untuk beribadah.

Sebaliknya, ketika hati kotor dan dipenuhi dengan penyakit, maka seseorang akan merasa malas untuk beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Apakah hati yang sudah kotor dan sakit bisa disembuhkan dan dibersihkan? Jawabannya adalah bisa, tentunya dengan izin Allah 'Azza wa Jalla. Salah satu faktor yang dapat membantu membersihkan hati dari kerak-kerak kotoran adalah Al-Qur'an.

Sehingga di dalam Surah Al-Isra’ ayat 82, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ

Dan Kami turunkan Al-Qur’an salah satunya adalah untuk Syifa (penawar/penyembuh/obat) dari penyakit-penyakit yang ada dalam hatinya…”

Semakin sering kita membaca Al-Qur'an dan semakin banyak halaman yang kita baca, maka hati kita akan semakin sehat dan bersih. Sebaliknya, semakin jarang kita membaca Al-Qur'an, maka kerak-kerak yang ada di hati kita akan semakin menumpuk dan sulit untuk dihilangkan.

Seperti sabun dan air

Menurut Syaikh Al-Ushaimi Hafidzahullah, di bulan Ramadhan terjadi perpaduan dua hal yang sangat kuat untuk membersihkan hati. Pertama, adalah puasa, dan kedua, adalah Al-Qur'an. Perpaduan antara puasa dan Al-Qur'an, menurut beliau, seperti perpaduan antara sabun dan air.

Membersihkan sesuatu hanya dengan air saja kurang efektif, begitu juga dengan membersihkan sesuatu hanya dengan sabun saja. Namun, ketika sabun dicampur dengan air, maka hasilnya akan jauh lebih bersih.

Maka di bulan Ramadhan ini, perpaduan antara puasa dan Al-Qur'an sangat dahsyat dalam membersihkan hati kita. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Allah berfirman:

“Di bulan Ramadhan ini diturunkan Al-Qur’an…” Dipadukan antara puasa dengan Al-Qur’an.

Untuk meningkatkan pembacaan Al-Qur'an kita, sebaiknya membuat target membaca Al-Qur'an. Minimal sekali khatam, dan jika sudah dibawah satu kali khatam, maka sudah dibawah target minimal. Syukur-syukur jika bisa dua atau tiga kali khatam.

Menurut sebagian ulama, ketika memasuki bulan Rajab dan Sya'ban, seharusnya meningkatkan porsi bacaan Al-Qur'an. Tidak hanya satu juz, tapi minimal dua juz dalam sebulan. Ketika memasuki bulan Ramadhan, targetnya bisa ditingkatkan lagi menjadi tiga atau empat kali khatam.

Imam Syafi'i khatam Al-Qur'an 60 kali. Ini bukanlah dongeng, namun hal yang mungkin dicapai bagi mereka yang memiliki semangat dan mendapatkan taufik dari Allah. Padahal, sebelumnya banyak yang mengira itu mustahil.

Menetapkan Target dan Strategi

Mungkin kita tidak akan langsung berhasil ke sana, masyaAllah. Sekarang, minimal satu kali. Tergantung pada keinginan kita. Apakah satu juz itu ingin dibaca dalam sehari atau sekali selesai saja, tidak masalah. Itu hanya masalah teknis yang fleksibel.

Ada orang yang lebih suka membaca satu juz dalam satu duduk, ini mungkin hanya setengah jam. Bahkan bagi yang sudah lancar tidak sampai 1 jam, paling 40 menit. Kalau yang menengah mungkin 1 jam, kalau yang masih terbata-bata mungkin 2 jam.

Ada sebagian orang yang lebih suka menyelesaikannya dalam beberapa waktu. Misalnya, sekarang membaca seperempat juz, kemudian membaca seperempat juz lagi nanti. Tidak masalah.

Ada juga yang membaginya dengan waktu shalat. Membaca 2 lembar saat shalat satu kali, maka jika shalat 5 kali, itu berarti membaca 10 lembar, yang sama dengan 1 Juz. (Jika ingin membaca) 20 halaman (dalam satu hari), berarti membaca 4 halaman saat shalat. Itu fleksibel.

Intinya, minimal kita menyelesaikan satu kali khatam dalam satu bulan, itu minimal. Syukur-syukur jika bisa lebih. Tinggal meningkatkan porsinya. Jika ingin menyelesaikan satu khatam, itu berarti membaca 2 lembar saat setiap waktu shalat, dan jika ingin menyelesaikan dua khatam, itu berarti 4 lembar, jika ingin menyelesaikan 4 khatam, itu berarti 8 lembar, dan seterusnya.

Jadi, tetapkan target. Semakin banyak ayat Al-Qur’an yang kita baca, semakin bersih hati kita. Semakin sedikit dan jarang kita membaca Al-Qur’an, semakin kotor hati kita.

Semoga Allah membantu kita memanfaatkan bulan Ramadhan untuk membersihkan hati kita yang mungkin sudah terlanjur kotor. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri.

Demikian Allahu a'lam. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

6. Tekad dan Tips Hatam Al-Quran di bulan Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

BULAN Ramadhan adalah bulannya Al-Quran. Rasulullah SAW diajarkan seluruh Al-Quran selama bulan Ramadhan oleh malaikat Jibril dan proses pengajaran ini diulangi dua kali pada Ramadhan tahun terakhir beliau sebelum diwafatkan.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, “Dahulu Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW setiap tahun sekali (pada bulan ramadhan). Pada tahun wafatnya Rasulullah SAW Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada beliau sebanyak dua kali (untuk mengokohkan dan memantapkannya)” (HR. Bukhari no. 4614)

Ibnu Atsir rahimahullah menjelaskan, “Yaitu mempelajari (mudarasah) semua ayat Al-Quran yang turun” ( Al-Jami’ fi Gharib Hadits, 4/64).

Salah satu tips agar kita bisa mengkhatamkan Al-Quran adalah dengan memiliki tekad kuat. Memiliki tekad kuat ini bisa diwujudkan dengan membuat target, tetapi target yang bukan sebagaimana target biasanya yang kita lakukan. Target ini sebagaimana contoh dari nabi Musa ‘alahissalam, yaitu TIDAK AKAN BERHENTI SAMPAI …., misalnya ucapan beliau dalam Al-Quran:

لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا

“Aku TIDAK AKAN BERHENTI (BERJALAN) SEBELUM SAMPAI ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (QS. Al-Kahfi: 60)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan tekad baja dan semangat membara Nabi Musa, beliau menjelaskan,

“Maksud perkataan Musa adalah: ‘aku akan terus berjalan (jadi musafir), meskipun sepanjang perjalanan dalam kesusahan’. Inilah tekad yang kuat dari Musa.” (Tafsir As-Sa’diy)

Kita pun bisa mencontoh tekad kuat nabi Musa ketika membaca Al-Quran di bulan Ramadhan, misalnya dengan bertekad:

“Aku TIDAK AKAN BERHENTI membaca Al-Quran setelah 30 menit atau 60 menit.”

“Aku TIDAK AKAN BERHENTI membaca Al-Quran setelah 100 ayat atau 200 ayat.”

BACA JUGA: Bagaimana Cara Nabi dan Para Sahabat Menghafal Quran?

Target ini bisa dilakukan setiap hari dan setiap selesai shalat lima waktu. Tingkatkan target di 10 hari akhir Ramadhan, karena seorang muslim justru semakin semangat di akhir ramadhan ibarat kuda pacu semakin mempercepat larinya ketika menjelang garis finish.

Ibnul Jauzi berkata, “Sesungguhnya kuda pacu apabila mendekati batas finish ia akan mengerakan (semua) kemampuannya untuk memenangkan perlombaan. Jangan sampai kuda pacu menjadi lebih cerdas darimu.”

Demikian Allahu a'lam. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sumber: Islampos.com.

7. Meraih Keberkahan di Bulan Ramadhan dengan Memperbanyak Sedekah

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu di bulan yang penuh berkah ini, yaitu bulan Ramadhan.

Seperti yang kita ketahui, bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan. Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Inilah saat yang tepat bagi kita untuk memperbanyak amal ibadah dan amal kebajikan.

Salah satu amal kebajikan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah sedekah. Sedekah adalah tindakan memberikan sebagian harta yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 261:

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."

Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan janji bahwa setiap sedekah yang diberikan akan dilipatgandakan oleh-Nya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan.

Setiap amalan kebajikan yang dilakukan pada bulan Ramadhan bernilai ibadah menjadi lebih tinggi daripada dilakukan pada bulan-bulan yang lain jika dilakukan dengan ikhlas untuk mengharapkan ridha Allah SWT akan mendapatkan balasan dengan pahala yang berlipat ganda, sesuai dengan hadits : "Barang siapa yang pada bulan Ramadhan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan Ramadhan, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya." (HR. Bukhari Muslim).

Salah satu bentuk kebajikan yang dilakukan di bulan Ramadhan disamping puasa Ramadhan ialah dengan memperbanyak sedekah, bahkan terdapat hadits Nabi yang berkenaan dengan keutamaan sedekah di bulan Ramadhan ialah “Dari Anas bin Malik RA yang diriwayatkan secara marfu’: Sedekah yang paling afdhal adalah diberikan di bulan Ramadhan (HR. Tirmizy). Selanjutnya, hadits Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya." (HR. At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah). 

Sedekah Amalan yang ingin dilakukan orang meninggal jika hidup kembali

Dalam  Qur’an Surat Al Munafiqun ayat 10, berbunyi: "Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), 'Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh."

Jadi, betapa dahsyatnya pahala sedekah ini, apalagi jika ditunaikan pada bulan Ramadhan yang banyak memiliki kelebihan-kelebihan, sampai-sampai orang yang telah meninggal jika diizinkan untuk hidup sebentar saja, maka yang dilakukan adalah dengan menunaikan sedekah, bukannya ibadah yang lain seperti shalat, puasa dan sebagainya, tentunya orang yang sudah meninggal tersebut telah merasakan manfaat dari amalan sedekah yang ia tunaikan pada saat masih hidup, berbeda halnya dengan orang yang enggan untuk bersedekah tentunya ia tidak akan mendapatkan syafaat apapun.

Dengan demikian, insya Allah kita dapat meraih keberkahan di bulan Ramadhan dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kemudahan dalam menjalankan ibadah dan amal kebajikan.

Wallahu alam. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

8. Mengetahui Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbicara mengenai hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Sebagaimana kita ketahui, puasa adalah ibadah yang sangat mulia di dalam agama Islam. Namun, terkadang kita melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa tanpa kita sadari. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa saja yang dapat membatalkan puasa agar kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan sempurna.

Berikut adalah penjelasan mengenai hal-hal yang dapat membatalkan puasa, antara lain:

  1. Melakukan hubungan suami istri di siang hari puasa dengan sengaja. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 187 yang artinya: "Dihalalkan bagi kalian berhubungan dengan istri-istri kalian pada malam hari bulan puasa. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu memang selalu mengkhianati diri sendiri, maka Allah menerima taubatmu dan memberi maaf kepadamu. Kini kamu boleh bersetubuh dengan mereka dan berusaha mendapatkan apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam pada fajar. Lalu sempurnakanlah puasa sampai malam." Dari ayat ini, kita bisa mengetahui bahwa hubungan suami istri pada siang hari di bulan puasa termasuk dalam hal yang dapat membatalkan puasa. Hal ini tidak hanya membatalkan puasa, tetapi juga dikenai denda (kafarat) berupa melakukan puasa selama dua bulan berturut-turut atau memberi makan satu mud (0,6 kg beras atau ¼ liter beras) kepada 60 fakir miskin.
  2. Makan dan minum atau masuknya sesuatu ke dalam tubuh secara sengaja. Hal ini termasuk jika ada benda yang masuk ke dalam tubuh melalui lubang yang berpangkal pada organ bagian dalam seperti mulut, hidung, atau telinga.
  3. Berobat dengan cara memasukkan obat atau benda melalui qubul (lubang bagian depan) atau dubur (lubang bagian belakang). Contohnya, pengobatan bagi orang yang menderita ambeien atau orang yang sakit dengan pengobatan memasang kateter urin.
  4. Muntah dengan disengaja. Namun, jika muntah tidak disengaja maka puasa tetap sah selama tidak ada muntahan yang ditelan.
  5. Keluarnya air mani (sperma) akibat bersentuhan kulit, seperti pada saat melakukan onani atau bersentuhan kulit dengan lawan jenis tanpa melakukan hubungan seksual. Namun, jika keluar mani akibat mimpi basah (ihtilam), maka puasa tetap sah.
  6. Haid atau nifas saat siang hari berpuasa. Wanita yang mengalami haid atau nifas, selain puasanya batal juga diwajibkan untuk mengqadha puasa tersebut setelah Ramadhan berakhir.
  7. Mengalami gangguan jiwa atau gila (junun) saat sedang berpuasa. Orang yang sedang melaksanakan puasa Ramadhan di siang hari, kemudian mengalami gangguan jiwa atau gila, maka puasanya batal dan harus mengqadha puasanya setelah sembuh.
  8. Murtad atau keluar dari agama Islam. Jika orang yang sedang berpuasa melakukan hal-hal yang bisa membuat dirinya murtad seperti menyekutukan Allah swt atau mengingkari hukum-hukum syariat yang telah disepakati ulama.

Hal-hal yang bisa membatalkan puasa di atas didasarkan pada dalil Qur'an dan Hadits. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu berhati-hati dan menjaga agar puasa kita tetap sah dan diterima di sisi Allah swt.

Oleh karena itu, mari kita berusaha untuk menjaga agar puasa kita tetap sah dan berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Kita juga dapat meningkatkan amal kebajikan kita selama bulan puasa dengan beribadah dan bersedekah. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai dan memberikan keberkahan dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan. Amin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

9. Sunnah Sahur dan Berbuka Puasa

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Umat Islam sedang menjalankan puasa Ramadan. Seperti biasa, tentu kita akan melakukan aktivitas sahur dan berbuka selama Ramadan.

Dalam kesempatan ini saya mencoba untuk membahas hikmah dari sahur dan berbuka puasa, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Sahur

Sahur adalah sunnah dari Rasulullah. Kesunahan sahur membedakan puasa umat Islam dengan umat-umat sebelumnya.

Sahur diartikan sebagai aktivitas makan atau minum sebelum seseorang mulai berpuasa dan sebelum waktu imsak tiba. Hukum sahur adalah sunnah. Dalam hadis riwayat Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat baroqah.” (Muttafaqun ‘alaih)

Kesunahan lain dalam sahur adalah mengakhirkan waktunya, mendekati waktu terit fajar. Hal ini dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata: "Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian (setelah makan sahur) kami berdiri untuk melaksanakan shalat. Aku (Anas bin Malik) bertanya: "Berapa perkiraan waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan shalat fajar)?" Zaid bin Tsabit berkata: ’(seperti waktu yang dibutuhkan untuk membaca) 50 ayat’.” (Muttafaqun ‘alaih)

Berbuka Puasa

Selain sahur, ada pula kesunahan dalam puasa ketika berbuka. Ketika umat Islam berbuka, terdapat berbagai amalan sunnah yang membawa kebaikan dan keberkahan. Berikut adalah beberapa amalan sunnah ketika berbuka puasa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW:

1. Menyegerakan Berbuka Puasa

Rasulullah Saw bersabda: “Manusia akan selalu berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no 1957 – Muslim no.1098).

2. Berbuka Puasa dengan Kurma

Rasulullah SAW bersabda: ”Jika salah seorang di antara kalian berbuka, maka berbukalah dengan kurma, karena kurma itu adalah barokah. Jika tidak mendapatkan kurma, maka berbukalah dengan air, karena air itu adalah bersih." (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

3. Berdoa Sebelum Berbuka Puasa

Ketika berbuka puasa, Rasulullah SAW berdoa: "Dhahaba azh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah),” (HR. Abu Daud No. 2357, Hasan).

4. Berdoa Umum Tatkala Berbuka Puasa

Ketika berbuka adalah salah satu dari sekian banyak waktu mustajab atau terkabulnya do’a. Umat muslim agar tidak melewatkannya saat berdoa. Tentunya akan lebih baik lagi bila berdoa dengan doa-doa sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW.

Dalam sebuah hadis dijelaskan: "Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW: “Ada tiga orang yang tidak akan tertolak doanya, yaitu: seorang yang puasa ketika sedang berbuka, seorang imam yang adil, dan do’a seorang yang terzholimi.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).

Wallaahu 'alam bis-shawaab. Wallahu 'alam. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sumber: Kemenag.go.id

10. Mendidik Anak-anak untuk Menjalankan Puasa Ramadhan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bapa, ibu, tentu senang jika anak-anaknya dapat menjalankan ibadah puasa. Memang sebaiknya harus kita didik dari kecil agar terbiasa. Namun dalam mendidik anak yang masih kecil, kita harus perhatikan juga dalam kesehatannya.

Anak-anak yang ingin berpuasa Ramadan perlu diberikan pengajaran dan pendidikan yang tepat. Bagaimana cara mengajari anak berpuasa Ramadan? Berikut ini beberapa tips dari dokter Devine Irene Putri:

  1. Jelaskan Pentingnya Berpuasa
    Sebelum mulai berpuasa, jelaskan kepada anak tentang pentingnya puasa Ramadan dan cara melakukannya. Gunakan analogi dan kalimat sederhana sesuai usia anak agar mudah dipahami.
  2. Berikan Contoh
    Berikan contoh kepada anak dengan cara menjalankan puasa di hadapannya. Ajaklah anak untuk mengikuti sahur dan berbuka bersama-sama. Anak akan lebih mudah memahami dengan mencontoh perilaku orangtuanya.
  3. Ajarkan Bertahap
    Ajarkan anak berpuasa bertahap. Mulailah dengan mengajarkan anak berpuasa selama 3-4 jam. Apabila anak sudah terbiasa, maka tingkatkan durasi puasanya secara bertahap. Jangan lupa memberikan makanan dan minuman pada siang hari.
  4. Buat Puasa Menyenangkan
    Untuk menambah semangat anak dalam berpuasa, buatlah ibadah ini semenyenangkan mungkin. Misalnya dengan membuat tabel pencapaian puasa Ramadan yang menarik atau mengajak anak membuat camilan dan minuman berbuka puasa.
  5. Biasakan Tidur Lebih Awal
    Agar anak bisa bangun sahur tepat waktu, biasakan tidur lebih awal. Hal ini juga penting agar anak tidak kekurangan waktu istirahat, terutama jika paginya ia tetap beraktivitas atau belajar.
  6. Berikan Apresiasi
    Berikan apresiasi atau pujian pada anak jika berhasil menjalankan puasa bertahap sesuai target dan kesepakatan. Orangtua juga bisa memberikan hadiah kecil atau menyiapkan menu berbuka puasa favoritnya. Namun jika anak belum berhasil, jangan dimarahi, tetap berikan semangat agar ia mampu berpuasa lebih baik esok hari.
  7. Libatkan Anak dalam Aktivitas Ramadan
    Ajaklah anak untuk terlibat dalam berbagai aktivitas khas bulan Ramadan, seperti menyiapkan makanan berbuka, salat berjamaah, hingga membuat kue Lebaran. Cara ini bisa menambah semangat dan pengetahuan anak sekaligus.
  8. Awasi Kesehatan Anak
    Konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter jika anak memiliki masalah kesehatan sebelum memulai berpuasa. Selama berpuasa, waspadalah terhadap tanda-tanda hipoglikemia dan dehidrasi pada anak. Jangan ragu untuk memberikan makanan dan minuman pada siang hari jika diperlukan.
  9. Beri Perhatian pada Asupan Gizi Menu Sahur dan Berbuka Puasa
    Ketika anak berpuasa, asupan nutrisi tetap penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, orangtua harus memastikan menu sahur dan berbuka anak mengandung gizi yang seimbang.
    Makanan yang dikonsumsi saat berpuasa harus mengandung makronutrien (protein, karbohidrat, lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral) agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi dengan baik.
    Pastikan juga bahwa anak cukup terhidrasi di malam hari untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
  10. Jangan Memaksa
    Mendidik anak tentang berpuasa di bulan Ramadan membutuhkan kesabaran dan kedisiplinan. Sebagai orangtua, kita tidak boleh memaksakan kehendak.
    Jika anak belum siap atau merasa tidak nyaman untuk belajar berpuasa, janganlah memaksanya dan jangan sampai marah-marah. Kita perlu bersabar dan memberikan waktu pada anak untuk belajar berpuasa dengan cara yang lebih menyenangkan.
    Memaksa atau marah-marah justru dapat menimbulkan perasaan negatif terhadap puasa pada anak.

Itulah beberapa cara yang efektif dalam mengajari anak berpuasa. Semoga bersama-sama kita dan anak dapat menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan lancar dan tetap sehat!

Wallaahu 'alam bis-shawaab. Wallahu 'alam. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sumber: Klikdokter.com.

11. Hukum Menyikat Gigi dan Berkumur saat Puasa

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ketika kita berpuasa, selain menahan lapar dan haus, kita juga diharapkan untuk menghindari masuknya benda dari luar ke dalam tubuh melalui bagian apapun, seperti saat berkumur atau menyikat gigi. Kegiatan tersebut seringkali menjadi kekhawatiran bagi sebagian orang, karena mereka takut melakukan aktivitas yang melibatkan memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan membatalkan puasa. Oleh karena itu, bagaimanakah aturan berkumur dan menyikat gigi saat berpuasa?

‎ ومكروهات الصوم ثلاثة عشر: أن يستاك بعد الزوال 

Artinya, “Hal yang makruh dalam puasa ada tiga belas. Salah satunya bersiwak setelah zhuhur,” (Lihat Nihayatuz Zein fi Irsyadil Mubtadi’in, Cetakan Al-Maarif, Bandung, Halaman 195).

Menurut Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Nihayatuz Zain, berkumur dan menyikat gigi saat berpuasa dianggap makruh. Sedangkan menurut Imam Nawawi dalam al-Majmu’, ketika menyikat gigi, kita harus sangat berhati-hati. Jika ada benda yang masuk ke dalam tenggorokan, seperti air, pasta gigi, atau rambut dari sikat gigi, maka puasa akan batal meskipun hal tersebut dilakukan tanpa sengaja.

‎ لو استاك بسواك رطب فانفصل من رطوبته أو خشبه المتشعب شئ وابتلعه افطر بلا خلاف صرح به الفورانى وغيره 

Artinya: "Jika ada orang yang memakai siwak basah. Kemudian airnya pisah dari siwak yang ia gunakan, atau cabang-cabang (bulu-bulu) kayunya itu lepas kemudian tertelan, maka puasanya batal tanpa ada perbedaan pendapat ulama. Demikian dijelaskan oleh al-Faurani dan lainnya." (Abi Zakriya Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, juz 6, halaman 343)

Solusinya, bagi orang yang berpuasa, sebaiknya menyikat gigi sebelum waktu imsak tiba untuk menghindari risiko kebatalan puasa. Jika di siang hari, kita cukup menyikat gigi dengan kayu siwak atau sikat gigi tanpa pasta gigi. Sedangkan untuk berkumur, kita diharapkan untuk menghindari berkumur secara berlebihan atau terlalu kuat, karena hal tersebut dapat membatalkan puasa.

‎أَمَّا الصَّائِمُ فَلَا تُسَنُّ لَهُ الْمُبَالَغَةُ بَلْ تُكْرَهُ لِخَوْفِ الْإِفْطَارِ كَمَا فِي الْمَجْمُوعِ 

Adapun orang yang berpuasa maka tidak disunnahkan untuk bersungguh-sungguh dalam berkumur karena khawatir membatalkan puasanya sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab al-Majmu`” (Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib Syarh Raudl ath-Thalib, Bairut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, cet ke-1, 1422 H/2000 M, juz, 1, halaman 39)

Kesimpulannya, saat berpuasa, kita diperbolehkan untuk berkumur dan menyikat gigi, baik saat berwudhu atau tidak. Namun, kita harus berhati-hati agar tidak menelan air atau benda lainnya, karena hal tersebut dapat membatalkan puasa.

Wallahu 'alam. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

12. Mengenal dan Menerapkan Hikmah dari Sunnah Berbuka Puasa dengan Kurma dan Air Putih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik bagi umat Islam dalam menjalani gaya hidup sehat. Beliau mencontohkan puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis serta memberikan petunjuk tentang pemilihan makanan yang layak dikonsumsi.

Hal ini sesuai dengan wahyu Allah SWT dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 114, Allah berfirman, “Fakulluu mimma razaqakumullaha halaalan thayyiban,”. Yang artinya, “Makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu,”.

Menurut buku "Hikmah Puasa Perspektif Hadits dan Medis", salah satu makanan baik yang dapat dikonsumsi saat berbuka puasa adalah kurma dan air putih. Nabi Muhammad SAW juga mempraktikkan hal ini sebagai contoh bagi umat Islam.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “An Anas Ibnu Malik qala: ‘Kana Rasulullahi SAW yufthiru ala ruthabaatin qabla an yushalliya, fa-in lam yakun ruthabaatun, fatamaraatun, fa-in lam yakun tamaraatun hasaa hasawaatin min maa-in,”.

Yang artinya, “Anas bin Malik berkata bahwa: Rasulullah SAW berbuka puasa dengan ruthab (kurma basah) sebelum shalat. Kalau tidak ada ruthab, beliau makan tamar (kurma kering). Bila tidak ada keduanya, beliau biasanya meminum air seteguk demi seteguk.”

Mengapa Nabi Muhammad SAW memilih kurma sebagai makanan awal saat berbuka puasa? Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa setelah berpuasa, tubuh membutuhkan glukosa yang terdapat dalam kurma. Kurma mengandung glukosa yang dapat memberikan energi instan bagi tubuh yang telah kekurangan makanan selama seharian penuh. Selain itu, kurma juga kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang dapat membantu memperbaiki sistem pencernaan dan memberikan nutrisi penting bagi tubuh.

Sementara itu, air putih adalah sumber hidrasi yang sangat penting bagi tubuh kita. Saat berpuasa, tubuh kita kehilangan banyak cairan sehingga sangat penting untuk mengembalikan cairan yang hilang tersebut dengan mengonsumsi air putih. Selain itu, air putih juga membantu membuang racun dari tubuh dan memperbaiki fungsi organ-organ penting dalam tubuh.

Jika tidak ada kurma, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung glukosa yang cukup dan dimulai dengan minum segelas air putih. Setelah berpuasa seharian penuh, tubuh akan kehilangan cairan dan energi sehingga membutuhkan cairan secepatnya setelah waktu berbuka puasa dimulai.

Kurma dan air putih sangat baik untuk tubuh yang membutuhkan cairan dan energi setelah berpuasa. Ini adalah salah satu hikmah dari petunjuk Nabi Muhammad SAW tentang pemilihan dan konsumsi makanan saat berbuka puasa.

Wallahu 'alam. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

13. Hal-hal yang Bisa Mengurangi Pahala Puasa

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Dalam berpuasa, kita berusaha untuk menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, baik itu makan, minum, berhubungan suami istri, hingga perkataan dan perbuatan yang buruk. Namun, masih ada hal-hal tertentu yang dapat mengurangi pahala puasa kita.

Dalam buku 99 Hadis Pedoman Hidup Manusia, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di menyebutkan hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa. Hal tersebut antara lain adalah berkata kotor, berteriak-teriak, melakukan perbuatan haram, berkata haram, maksiat, dan pertikaian.

Lebih jauh lagi, ia menjelaskan bahwa "Berkata kotor" merujuk pada berkata buruk. Sedangkan "berteriak-teriak" mengacu pada ujaran yang dapat menimbulkan fitnah dan permusuhan.

Syaikh As-Sa'di mengutip hadits qudsi yang diriwayatkan Abu Hurairah yang menyatakan bahwa, "Puasa adalah tameng. Apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, maka pada saat itu janganlah ia berbuat rafats dan bertindak bodoh." (HR Muslim, Nasa'i & perawi lain). 

Selain itu, Syaikh Fathi Ghanim dalam Kumpulan Hadits Qudsi Pilihan juga menyatakan bahwa saat berpuasa, seseorang tidak boleh berbuat rafats dan bertindak bodoh. "Rafats maknanya yaitu janganlah orang yang berpuasa berkata-kata keji. Sedang makna jangan bertindak bodoh yakni jangan sampai orang yang sedang berpuasa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang bodoh, semisal menjerit-jerit, mengejek atau membodohi orang lain"

Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam kitab Syakhshiyyatul Mar'ah Al-Muslimah Kama Yasughuhal Islam fil Kitab was Sunnah juga menekankan pentingnya menjaga akhlak ketika berpuasa, termasuk menjaga lidah, pandangan mata, dan anggota badan dari hal-hal yang dapat mengotori puasa atau mengurangi pahalanya.

Buku Jalan Syari'at Hakikat Dalam Ibadah Puasa oleh Abu Nur Ahmad Al-Khafi Anwar juga menambahkan contoh perbuatan yang dapat menghapus pahala puasa, seperti ghibah, bermesraan, membayangkan hal tak senonoh, berdusta, mendengarkan dan menonton hal yang diharamkan syariat, tidur sepanjang hari, hingga sengaja berlama-lama mandi atau berenang.

Dalam rangka mendapatkan pahala puasa yang maksimal, seorang muslim harus menjauhi perbuatan-perbuatan yang dapat mengurangi atau bahkan menghapus pahalanya. Puasa adalah ibadah yang menjadikan seseorang lebih baik dalam akhlak dan perilaku, sehingga ia harus memperhatikan segala hal yang dapat mempengaruhinya secara positif atau negatif.

Demikianlah beberapa hal yang bisa mengurangi pahala puasa kita. Semoga kita senantiasa dapat menjaga ibadah puasa kita dengan baik dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.

Wallahu 'alam. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

14. 3 Waktu Terkabulnya Do'a di Bulan Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ada tiga waktu terkabulnya doa di bulan Ramadhan. Raihlah keutamaan tersebut dengan terus memperbanyak doa.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa masalah ini disebutkan di sela-sela penyebutan hukum puasa. Ini menunjukkan mengenai anjuran memperbanyak do’a ketika bulan itu sempurna, bahkan diperintahkan memperbanyak do’a tersebut di setiap kali berbuka puasa. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2: 66).

Pernyataan yang dikatakan oleh Ibnu Katsir menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah salah waktu terkabulnya do’a. Namun do’a itu mudah dikabulkan jika seseorang punya keimanan yang benar.

Ibnu Taimiyah berkata, “Terkabulnya do’a itu dikarenakan benarnya i’tiqod, kesempurnaan ketaatan karena di akhir ayat disebutkan, ‘dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran’.” (Majmu’ah Al Fatawa, 14: 33-34).

Perihal Ramadhan adalah bulan do’a dikuatkan lagi dengan hadits dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al Bazaar. Al Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ul Ahadits, 9: 224)

Ada tiga waktu utama terkabulnya do’a di bulan Ramadhan:

1- Waktu sahur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758). Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Do’a dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan.” (Fath Al-Bari, 3: 32).

2- Saat berpuasa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan orang yang berpuasa untuk memperbanyak do’a demi urusan akhirat dan dunianya, juga ia boleh berdo’a untuk hajat yang ia inginkan, begitu pula jangan lupakan do’a kebaikan untuk kaum muslimin secara umum.” (Al-Majmu’, 6: 273)

3- Ketika berbuka puasa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526, 3598 dan Ibnu Majah no. 1752. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Dalam Tuhfah Al-Ahwadzi (7: 278) disebutkan bahwa kenapa do’a mudah dikabulkan ketika berbuka puasa yaitu karena saat itu, orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.

Moga Allah memperkenankan setiap do’a kita di bulan Ramadhan.

Wallahu 'alam. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sumber: rumaysho.com

15. Mengenal Lebih Dekat dengan Lailatul Qadar: Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, bagi seluruh umat Islam yang selalu bertakwa, menjauhi larangan Allah Swt., dan melaksanakan perintah-Nya seperti berpuasa pada bulan Ramadan tahun ini. Kita senantiasa merasa bahagia melaksanakan perintah Allah Swt.

Puji syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita semua sehingga pada malam ini, pada acara yang mulia ini, kita masih bisa berkumpul dalam majelis yang Insyaallah diridai oleh Allah Swt. Oleh karena itu, kita harus banyak bersyukur atas apa yang kita peroleh, terutama pada bulan Ramadan yang kita cintai ini. Kapan lagi kita akan mendapatkan kesempatan seperti ini selain di bulan yang penuh dengan kemuliaan ini.

Mari kita bershalawat dan menyampaikan salam pada junjungan kita, Nabi Muhammad saw., yang telah memberikan banyak pelajaran kepada kita semua untuk senantiasa bertakwa dan mengenal Allah Swt. Kita semua harus banyak menyampaikan salawat pada Nabi Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, pengikutnya, dan kita semua agar mendapatkan syafaat pada hari kiamat kelak.

Saudara-saudaraku yang saya cintai,

Apakah Anda tahu bagaimana rasanya berpuasa selama ini, menahan diri dari lapar, dahaga, dan menahan hawa nafsu pada bulan ini? Semua itu adalah proses untuk mencapai ketakwaan kita pada Allah Swt. Barang siapa yang mampu melewati proses ini, maka dia termasuk orang yang mendapatkan kemenangan. Pada bulan suci ini, banyak rahasia Allah Swt. dan banyak keberkahan yang kita dapatkan karena hanya pada bulan ini kita bisa menjadi hamba yang benar-benar melalui proses yang sangat berat. Oleh karena itu, kita perlu menjalankannya dengan kesabaran dan keimanan yang penuh.

Rahasia-rahasia Allah Swt. di bulan ini adalah malam Lailatul Qodar, apakah yang dinamakan Lailatul Qodar, dalam Q.S Al- Qodr: 1-5.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ *

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu? Malam kemuliaan itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar." (Al-Qadr: 1-5)

Dalam surat Al-Qadr, sudah jelas dijelaskan bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan kemuliaan, lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu, bagaimana kita bisa mendapatkan malam yang lebih baik dari seribu bulan tersebut? Menurut para ulama, Lailatul Qadar jatuh pada malam ganjil di bulan Ramadan. Untuk meraih kemuliaan pada malam tersebut, disarankan untuk berzikir, melaksanakan salat sunah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Mari kita mencari malam Lailatul Qadar ini dan menjadikannya sebagai perlombaan untuk meraih malam yang lebih baik dari seribu bulan tersebut.

 Dari Abu Hurairah, dari nabi shallallahu'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَالْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barang siapa melaksanakan salat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari no. 1901).

Ketika malam Lailatul Qodar, Rasulullah saw. mengencangkan tali sarungnya dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah karena malam tersebut sangat mulia hingga fajar menyingsing. Demikianlah kultum saya mengenai malam Lailatul Qadar, mohon maaf atas segala kekurangan, dan terima kasih atas waktunya.

Wassalamu'alaikum Warohmatuillaahi Wabarokaatuh.

16. Amalan-amalan Saat Mencari Malam Lailatul Qadar

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang sangat besar karena malam ini dianggap lebih baik daripada seribu bulan. Menurut firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam QS Al-Qadr ayat 3, "Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1.000 bulan." Hal ini berarti bahwa ibadah di malam Lailatul Qadar lebih utama daripada ibadah selama seribu bulan yang tidak memiliki malam Lailatul Qadar.

Walaupun tidak diketahui dengan pasti kapan malam Lailatul Qadar akan datang karena waktunya hanya diketahui oleh Allah SWT, namun masih ada banyak amalan ibadah yang dapat dilakukan untuk mencari malam tersebut, di antaranya adalah:

1. Itikaf

Itikaf adalah berhenti atau tinggal di masjid dengan niat semata-mata beribadah hanya untuk Allah SWT, serta melakukan rangkaian ibadah seperti sholat sunnah, dzikir, dan ibadah lainnya. Itikaf biasanya dilakukan 10 hari terakhir puasa Ramadhan di malam-malam tanggal ganjil karena malam lailatul Qadar diisyaratkan oleh Rasulullah berada pada tanggal ganjil di sepertiga akhir Ramadhan.

2. Mendirikan sholat malam.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,

 مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barang siapa yang melaksanakan sholat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR Bukhari Nomor 1901).

3. Membaca Al-Qur'an

Selain itu, salah satu amalan ibadah yang bisa dilakukan pada malam Lailatul Qadar adalah membaca Al-Quran dengan memahami makna dan tafsirnya.

4. Bertobat

Taubat juga merupakan amalan penting saat mencari malam Lailatul Qadar karena selain bisa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan ampunan dari Allah, juga membuka peluang untuk meraih berkah dari malam tersebut.

5. Membaca doa

Berdo'a juga sangat dianjurkan pada malam Lailatul Qadar, seperti doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, yaitu "Allahumma Innaka ‘Afuwwun Tuhibbul ‘Afwa Fa’fu ’Annii" yang artinya "Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf - menghapus kesalahan, karenanya maafkanlah aku - hapuslah dosa-dosaku".

Wallahu 'alam bishawab. Wassalamu'alaikum Warohmatuillaahi Wabarokaatuh.

17. Fiqih Puasa Bagi Orang yang Bekerja Berat

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Pada bulan Ramadhan yang agung, seharusnya setiap muslim memusatkan perhatiannya pada ibadah kepada Allah, karena pahala dalam bulan Ramadhan dilipatgandakan dibandingkan bulan lainnya. Al-Imam Abdullah bin Alawi Al-Hadadad memberikan nasihat dalam kitabnya Ar-Risalatul Muawanah:

 ولا تدخل في شيء من أعمال الدنيا إلا إن كان ضروريا واجعل شغلك بأمر المعاش في غير رمضان وسيلة إلى الفراغ للعبادة فيه Artinya, "Seyogianya jangan engkau masukan sesuatu dari amal dunia kecuali itu sesuatu yang harus, dan jadikan kesibukanmu tentang urusan penghidupan di selain bulan Ramadhan sebagai perantara untuk meluangkan waktu beribadah di dalamnya." (Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad, Risalatul Mu'awanah, [Jakarta, Darul Kutub Isamiyah], halaman 84).

Meskipun begitu, kebanyakan orang masih harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, bahkan di bulan Ramadhan. Beberapa orang masih mampu bekerja dengan baik meskipun merasa lapar dan haus saat berpuasa. Namun, ada juga yang tidak mampu bekerja dengan baik dalam kondisi berpuasa karena jenis pekerjaannya yang berat. 

Lalu, bagaimana dengan orang yang bekerja keras saat berpuasa? 

Syekh Prof Dr Muhammad Hasan Hitou, ulama kontemporer asal Suriah dan pendiri Universitas Al-Imam Asy-Syafi'i di Cianjur, Jawa Barat, menjelaskan dalam kitabnya Fiqhus Siyam:

"Bagi orang-orang sehat yang sebenarnya mampu untuk melaksanakan puasa, namun karena pekerjaan mereka itu berat semisal pekerja proyek jalan raya yang bekerja di bawah teriknya sinar matahari atau pekerja tambang dan pekerjaan-pekerjaan semisalnya, mereka tidak diperbolehkan untuk membatalkan puasa seketika itu, karena Allah hanya memberikan kemurahan membatalkan puasa bagi musafir dan orang yang sakit saja, bukan orang yang dalam keadaan masyaqqah atau kepayahan."

Bagi orang-orang yang berada dalam kondisi tersebut, tetap harus berniat berpuasa sejak malam hari dan melaksanakannya hingga tidak mampu lagi, baru kemudian diperbolehkan untuk membatalkan puasa, bukan langsung tidak berpuasa sama sekali. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:

 فيجب عليهم أن ينووا الصيام، وأن يشرعوا فيه، فإذا وصلوا أثناء العمل لدرجة من الجهد والمشقة والإعياء خافوا معها الهلاك، فإنهم يجوز لهم في هذه الحالة أن يفطروا، كمن غلبه الجوع أو العطش ووصل لهذه الحالة، لقوله تعالى : وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا وقوله تعالى : وَلَا تُلْقُوْا . بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ. ۛوبعد ذلك يجب عليهم القضاء حينما يتمكنون منه 

Artinya, "Maka wajib atas mereka berniat puasa dan melaksanakannya. Jika nanti mereka sampai di tengah pekerjaannya sampai pada derajat kepayahan, masyaqqah, kelelahan dan keletihan yang dengan keadaan itu mereka khawatir binasa atau kerusakan jiwa, maka mereka diperbolehkan dalam keadaan ini untuk membatalkan puasanya. Seperti halnya seorang yang terlampau kelaparan dan kehausan sampai pada keadaan tersebut. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 29:

وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا 

Artinya, "Janganlah membunuh diri kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian." Juga surat Al-Baqarah ayat 195:

 وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ 

Artinya, "Janganlah jerumuskan diri kalian ke dalam kebinasaan."

Kemudian, setelah membatalkan puasa, orang tersebut diwajibkan untuk mengqadha puasa tersebut di waktu lain ketika telah memungkinkan untuk melakukannya. Hal ini berlaku jika pekerja tersebut memang butuh bekerja dengan sedemikian kerasnya. Namun, jika ia tidak memerlukannya atau sudah tercukupi dengan pekerjaan lainnya, maka wajib baginya untuk meninggalkan pekerjaan tersebut dan berpuasa. (Muhammad Hasan Hitao, Fiqhus Siyam, [Beirut, Darul Basyair Al-Islamiyah], halaman 125). 

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pekerja keras tetap wajib menjalankan puasa. Jika di tengah pekerjaannya ia dalam keadaan kesulitan, maka diperbolehkan untuk membatalkan puasanya dengan tetap wajib mengqadha di waktu lain, bukan langsung berniat untuk tidak berpuasa dengan alasan pekerjaan yang terlalu berat dilakukan dalam keadaan berpuasa. 

Syekh Nawawi Banten juga menjelaskan hal yang serupa, yakni pekerja keras jika tidak mampu melanjutkan puasanya, diperbolehkan untuk membatalkan puasanya dengan menyamakannya dengan orang yang sedang sakit. Berikut penjelasan selengkapnya:

 ومثل المريض من غلب عليه الجوع والعطش والحصادون والزراعون ونحوهم فيجب عليهم تبييت النية في رمضان ثم إن لحقتهم مشقة شديدة تبيح التيمم أفطروا، وإلا فلا 

Artinya, "Semisal orang sakit adalah orang yang terlampau lapar dan dahaga pada saat memanen, menanam, dan semisalnya. Maka bagi mereka tetap wajib untuk berniat puasa di malam hari Ramadhan, kemudian jika pada siang harinya ditemui keadaan teramat sangat masyaqqah yang dengan keadaan tersebut seseorang diperbolehkan tayamum, maka mereka diperbolehkan untuk membatalkan puasanya. Namun jika tidak demikian, maka tidak diperbolehkan membatalkan puasanya." (Muhammad Nawawi Al-Jawi, Tausyikh 'ala Ibni Qasim, [Jakarta, Darul Kutub Islamiyah], halaman 227). 

Wallahu a'lam bisshawab. Wassalamu'alaikum Warohmatuillaahi Wabarokaatuh.

18. Hal-hal yang Harus Dijaga saat Ngabuburit Ramadhan Sunnatullah

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Salah satu hal yang harus benar-benar kita jaga ketika sedang berpuasa adalah pandangan. Ya, pandangan dari setiap hal-hal yang dilarang dalam Islam. Sebab, memandang sesuatu yang dilarang bisa menghilangkan pahala puasa.

Menjaga pandangan memerlukan perhatian yang sangat intens ketika puasa, khususnya saat jalan-jalan dalam rangka menunggu waktu buka puasa di bulan Ramadhan, atau yang lebih dikenal dengan istilah ngabuburit.

Saat ngabuburit, hal-hal yang bisa menghilangkan pahala puasa bisa saja terjadi, bahkan sangat mungkin terjadi. Misalnya, saat jalan-jalan untuk menunggu waktu Maghrib. Dalam hal ini, kita harus benar-benar menjaga pandangan dari sesuatu yang bisa menimbulkan syahwat atau sesuatu yang diharamkan. Jika tidak, maka pahala puasa akan hangus.

Contoh yang lain misalnya, ngabuburit dengan cara ngobrol bersama teman-teman. Dalam hal ini kita harus menjaga topik agar tidak ada pembahasan tentang adu domba, membicarakan kejelekan orang lain, berbohong dan sumpah palsu. Jika tidak, maka puasa selama satu hari hanya akan menghasilkan lapar dan dahaga.

Berkaitan dengan hal ini, Nabi Muhammad saw bersabda:

 الصَّوْمُ جُنَّةٌ مَا لَمْ يَخْرِقْهَا. بِمَ يُخْرِقُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكَذْبٍ أَوْ بِسَبَّابٍ أَوْ بِغِيْبَةٍ أَوْ نَمِيْمَةٍ

Artinya, “Puasa adalah benteng, selama engkau tidak membakarnya. Para sahabat bertanya: “Dengan apa bisa membakarnya, wahai Rasulullah?” Nabi saw menjawab: “Dengan berbohong, berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan adu domba”.” (HR An-Nasa’i).

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat 852 H) dalam salah satu karyanya menjelaskan maksud hadits tentang puasa yang bisa menjadi benteng tersebut. Menurutnya, puasa yang bisa menjadi benteng atau pelindung dari api nereka bagi orang-orang yang sukses dalam manjaga tameng tersebut. Puasa yang benar akan menjadi penyelamat agar terhindar dari api neraka.

Hanya saja, benteng tersebut akan menjadi pelindung bagi orang-orang yang berpuasa apabila mereka berhasil dalam menjaganya dari hal-hal yang merusaknya. Jika tidak berhasil, maka sama halnya ia tidak memiliki pelindung dari api neraka. Sedangkan sesuatu yang bisa merusak benteng tersebut adalah berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan adu domba. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari, [Beirut, Darul Ma’rifah: 1379 H], juz IV, halaman 104).

Dalam riwayat yang lain juga disebutkan, bahwa terdapat lima hal yang bisa menghilangkan pahala orang yang berpuasa, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Nabi Muhammad saw, yaitu:

 خَمْسٌ يُفطِرْنَ الصَّائِمَ: الغِيْبَةُ، والنَّمِيْمَةُ، وَالْكَذِبُ، وَالنَّظْرُ بِالشَّهْوَةِ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ

Artinya, “Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa, yaitu: (1) membicarakan orang lain; (2) mengadu domba; (3) berbohong; (4) melihat dengan syahwat; dan (5) sumpah palsu.” (HR Ad-Dailami).

Beberapa hal yang bisa merusak atau membakar pahala puasa di atas harus benar-benar kita jaga dengan sangat intens, khususnya ketika sedang ngabuburit. Sebab, terkadang tanpa terasa kita sudah membicarakan keburukan orang lain, berbohong, berkata kotor, dan melihat dengan perasaan syahwat ketika melihat wanita yang kebetulan juga sedang ngabuburit, atau sebaliknya.

Nah, di sinilah hakikat menahan diri saat puasa itu tampak. Dengan kata lain, kita tidak hanya diperintah untuk menjaga mulut dari makan-minum, dan kemaluan dari bersetubuh, tapi juga diperintah untuk menjaga pandangan dari sesuatu yang diharamkan, menjaga mulut dari berbicara kotor, menjaga hati agar tidak iri dan dengki kepada orang lain.

Berkaitan dengan hal ini, Syekh Hasan Al-Massyath, salah satu ulama kelahiran Makkah yang dijuluki Syaikhul Ulama (gurunya para ulama), dalam salah satu karyanya mengatakan dengan bentuk syair:

 إِذَا لَم يَكُنْ فِي السَّمْعِ مِنِّي تَصَاوُنٌ ** وَفِي بَصَرِي غَضٌّ وَفِي مَنْطِقِي صَمْتُ فَحَظِّي إِذَنْ مِنْ صَومِيَ الجُوعُ وَ الظَّما ** فَإِنْ قُلْتُ إِنِّي صُمْتُ يَومِي فَمَا صُمْتُ

Artinya, “(Jika saat puasa) pendengaranku tidak dijaga, tidak menundukkan pandanganku, dan tidak mendiamkan ucapanku. Maka tidak ada yang aku peroleh dari puasaku kecuali lapar dan dahaga. Sekalipun aku mengatakan “aku puasa”, padahal kenyataannya tidak. (Hasan Muhammad Al-Massyath, Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan, halaman 45).

Dengan demikian, di saat puasa kita tidak hanya mendapatkan tugas untuk menjaga waktu buka puasa. Lebih penting dari itu kita juga harus benar-benar menjaga semua anggota tubuh dengan intens selama berpuasa, agar tidak terjerumus pada hal-hal yang bisa merusak pahala puasa. Sebab, sangat rugi orang yang puasa selama satu hari, namun tidak ada pahala yang bisa ia raih darinya.

Semoga kita semua bisa semakin istiqamah dalam menjalankan ibadah puasa, dan semakin intens dalam menjaganya dari hal-hal yang bisa membatalkan dan menghilangkan pahala puasa.

Wallahu a’lam. Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur. Sumber: NU online.

19. Kerugian Tidur setelah Subuh saat Bulan Puasa

Pagi hari selepas shalat subuh menjadi kenikmatan tersendiri bagi sebagian umat Muslim untuk kembali tidur setelah dini hari digunakan untuk bangun sahur. Rasa kantuk ditambah kondisi perut yang kenyang membuat mereka sulit untuk tidak merebahkan tubuh di atas empuk kasur, apalagi untuk orang yang tinggal di wilayah dengan cuaca dingin.

Padahal, para ulama tidak menganjurkan tidur setelah shalat subuh. Sebab itu, mereka menggunakan waktu tersebut untuk memperbanyak dzikir sampai matahari terbit. Tentu, aktivitas positif ini seharusnya semakin giat dilakukan saat momen Ramadhan karena pahala amal ibadah dibalas berkali-kali lipat. Syekh Ibrahim Al-Baijuri dalam menegaskan,

وَبِالْجُمْلَةِ فَيُكْثِرُ فِيْهِ مِنْ أَعْمَالِ الْخَيْرِ لِأَنَّ الْعَمَلَ يُضَاعَفُ فِيْهِ عَلَى الْعَمَلِ فِيْ غَيْرِهِ مِنْ بَقِيَّةِ الشُّهُوْرِ

Artinya, “Seseorang dapat melakukan kebaikan secara umum karena ganjaran amal kebaikan apapun bentuknya akan dilipatgandakan dibandingkan ganjaran amal kebaikan yang dilakukan di luar bulan Ramadhan. (Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Ḥāsyiyatul Baijūrī, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1999], juz I, halaman 562)

Syekh Sulaiman Al-Jamal dalam Ḥāsyiyatul Jamāl bahkan mengatakan bahwa tidur setelah shalat subuh merupakan perbuatan yang mendatangkan siksa. Sebab, waktu yang seharusnya digunakan untuk memperbanyak dzikir justru disia-siakan begitu saja. Syekh Sulaiman menuturkan,

 النَّوْمُ عَلَى سَبْعَةِ أَقْسَامٍ نَوْمُ الْغَفْلَةِ وَنَوْمُ الشَّقَاوَةِ وَنَوْمُ اللَّعْنَةِ وَنَوْمُ الْعُقُوبَةِ وَنَوْمُ الرَّاحَةِ وَنَوْمُ الرَّحْمَةِ وَنَوْمُ الْحَسَرَاتِ. أَمَّا نَوْمُ الْغَفْلَةِ فَالنَّوْمُ فِي مَجْلِسِ الذِّكْرِ وَنَوْمُ الشَّقَاوَةِ النَّوْمُ فِي وَقْتِ الصَّلاةِ وَنَوْمُ اللَّعْنَةِ النَّوْمُ فِي وَقْتِ الصُّبْحِ وَنَوْمُ الْعُقُوبَةِ النَّوْمُ بَعْدَ الْفَجْرِ وَنَوْمُ الرَّاحَةِ النَّوْمُ قَبْلَ الظُّهْرِ وَنَوْمُ الرَّحْمَةِ النَّوْمُ بَعْدَ الْعِشَاءِ

Artinya, “Tidur itu ada tujuh macam, yaitu tidur lalai, tidur celaka, tidur laknat, tidur siksa, tidur istirahat, tidur rahmat, dan tidur penyesalan. Tidur lalai merupakan tidur yang dilakukan di majelis dzikir (tempat orang berkumpul untuk dzikir bersama), tidur celaka merupakan tidur saat waktu shalat, tidur laknat merupakan tidur di waktu subuh, tidur siksa merupakan tidur setelah waktu fajar (shalat subuh), tidur istirahat merupakan tidur sebelum waktu dzuhur, dan tidur rahmat merupakan tidur setelah shalat isya.” (Sulaiman Al-Jamal, Ḥāsyiyatul Jamāl, [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah, 2013], juz I, halaman 429)

Alasan Dihukumi Makruh

Hukum tidur setelah shalat subuh adalah makruh. Hal ini karena pada waktu tersebut ada beberapa keutamaan yang bisa diperoleh seorang Muslim jika memanfaatkan momen ini dengan baik. Berikut adalah dua alasan kemakruhan tidur setelah subuh.

1. Mempersempit Rezeki

Tidur setelah subuh bisa menyebabkan rezeki menjadi sempit. Rezeki dalam hal ini tidak saja diartikan dalam bentuk materi, tetapi juga mencakup semua anugerah Allah SWT. Sebab itu, jika kita merasa susah mencari kerja, penghasilan sulit mengalami peningkatan bahkhan merosot, susah memahami ilmu, dan sebagainya, bisa jadi itu disebabkan karena sering tidur setelah shalat subuh. Dalam satu hadits diriwayatkan,

 عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: مَرَّ بِيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مُضْطَجِعَةٌ مُتَصبِّحَةٌ، فَحَرَّكَنِي بِرِجْلِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا بُنَيَّةُ، قُوْمِي اشْهَدِيْ رِزْقَ رَبِّكِ، وَلَا تَكُونِي مِنَ الْغَافِلِينَ، فَإِنَّ اللهَ يَقْسِمُ أَرْزَاقَ النَّاسِ مَا بَيْنَ طُلُوعِ الْفَجْرِ إِلَى طُلُوعِ الشَّمْسِ.

Artinya, “Dari Sayidah Fatimah putri Nabi Muhammad saw, ia berkata, ‘Rasulullah mendatangiku saat aku sedang tidur di pagi hari. Lalu Rasulullah menggerakkanku dengan kakinya. Kemudian beliau bersabda, ‘Wahai putriku, berdirilah! Lihatlah rezeki Tuhanmu. Janganlah kamu lalai, sebab Allah membagikan rezeki untuk manusia di antara waktu keluarnya fajar (masuk waktu subuh) hingga terbitnya mentari (dari timur).” (HR. Imam Baihaqi).

2. Hidupnya Kurang Berkah

Semua orang mendambakan kehidupan yang berkah. Sebab, keberkahan bisa membuat rezeki menjadi lancar, hati tenteram, mempunyai keturunan yang salih dan salihah, rumah tangga yang rukun, hidup bermanfaat bagi sesama, dan nilai-nilai kebaikan lainnya. Rasulullah telah mendoakan agar umatnya dianugerahi limpahan berkah di pagi hari. Oleh sebab itu, jika setelah subuh kita gunakan untuk tidur maka bisa kehilangan kesempatan emas ini. Dalam satu hadits diriwayatkan,

 عَنْ صَخْرٍ الْغَامِدِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشًا بَعَثَهُمْ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ وَكَانَ صَخْرٌ رَجُلًا تَاجِرًا وَكَانَ يَبْعَثُ تِجَارَتَهُ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهُوَ صَخْرُ بْنُ وَدَاعَةَ

Artinya, “Dari Shakhr al-Ghamidi, dari Nabi SAW, beliau mengucapkan, ‘Allāhumma bārik li immatī fī bukūrihā (Ya Allah, berkahilah umatku di pagi hari).’ Jika mengirim ekspedisi atau pasukan perang, beliau akan melakukannya di pagi hari. Shakhr merupakan seorang pedagang dan ia mengirim dagangannya di pagi hari, sehingga hartanya melimpah. Abu Dawud berkata, ‘Ia adalah Shakhr bin Wada'ah.’” (HR Abu Dawud).

Mengenai arti berkah sendiri sulit untuk didefinisikan karena merupakan sesuatu yang abstrak dan sulit diidentifikasi. Hanya saja, ada kisah menarik mengenai pengertian berkah. Dikisahkan dalam Al-Barakatu fī Miati Hadīts karya Muhammad Zaki Hadr, sekali waktu seorang ulama berdoa begini,

 اللَّهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْ رِزْقِيْ

Artinya, “Ya Allah, berilah hamba rezeki yang berkah.” Seseorang lalu bertanya, “Wahai syekh, mengapa engkau berdoa meminta berkah dalam rezeki, tidak langsung meminta rezekinya saja?”

Syekh menjawab,

 إِنَّ اللهَ ضَمِنَ الرِّزْقَ لِكُلِّ حَيٍّ مِنْ خَلْقِهِ وَ لَكِنِّيْ أَسْئَلُهُ الْبَرَكَةَ فِيْ الرِّزْقِ فَهِيَ جُنْدٌ خَفِيٌّ مِنْ جُنُوْدِ اللهِ يُرْسِلُهَا لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَإِنْ حَلَّتْ فِيْ الْمَالِ أَكْثَرَتْهُ وَ فِي الْوَلَدِ أَصْلَحَتْهُ وَ فِي الْجَسَدِ قَوَّتْهُ وَ فِي الْوَقْتِ عَمَّرَتْهُ وَ فِيْ الْقَلْبِ أَسْعَدَتْهُ

Artinya, “Sesungguhnya Allah sudah menjamin rezeki untuk seluruh makhluknya, tapi tidak menjamin keberkahan. Oleh sebab itu, aku berdoa agar diberi keberkahan rezeki. Berkah merupakan tentara rahasia Allah yang diberikan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Jika berkah menempel pada harta akan menjadi kekayaan, jika menempel pada keturunan akan menjadi anak yang saleh, jika menempel pada tubuh akan menjadi kekuatan, jika menempel pada waktu akan menjadi kemakmuran, dan jika menempel pada hati akan menjadi kebahagiaan.” (Zaki Hadr, , 7).

Mari jadikan momen pagi hari Ramadhan untuk mendapatkan limpahan berkah dan pahala dengan menjadikannya waktu untuk melakukan amalan-amalan sunnah. Wallahu a’lam. Ustadz Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta.

20. Niat Zakat Fitrah

Zakat termasuk dalam rukun Islam yang keempat. Zakat ialah membayarkan sejumlah harta tertentu untuk disalurkan kepada orang yang berhak menerima. Zakat menjadi kewajiban yang harus ditunaikan umat Islam. 

Ada beberapa macam zakat yang wajib dikeluarkan, termasuk salah satunya zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan zakat yang dikeluarkan Muslim pada bulan Ramadhan. Zakat ini bisa dibayarkan pada awal Ramadhan hingga batas sebelum shalat Idul Fitri.  

Adapun niat zakat fitrah dibedakan bagi beberapa kelompok. Niat zakat fitrah dibedakan menjadi enam kategori. Berikut keenam niat zakat fitrah dalam bahasa Arab, latin beserta artinya: 

1. Niat zakat fitrah untuk diri sendiri

 ﻧَﻮَﻳْﺖُ أَﻥْ أُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْسيْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ  

Nawaitu an ukhrija zakat alfitr 'an nafsi fardhan li-llahi ta'ala.

“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”  

2. Niat zakat fitrah untuk istri

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ  

Nawaitu an ukhrijah zakat alfitri 'an zawjati, fardhan li-llahi ta'ala.

“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”  

3. Niat zakat fitrah untuk anak laki-laki

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ  

Nawaitu an ukhrijah zakat alfitri 'an waladī ... fardhan li-llahi ta'ala.

“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku…. (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta‘âlâ.”  

4. Niat zakat fitrah untuk anak perempuan

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ  

Nawaitu an ukhrijah zakat alfitri binitī ... fardhan li-llahi ta'ala.

“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku…. (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta‘âlâ.”  

5. Niat zakat fitrah untuk diri sendiri dan keluarga

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَنِّيْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُنِيْ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ  

Nawaitu an ukhrijah zakat alfitri 'anni wa 'an jami'i ma yalzamunī nafaqatuhum shar'an fardhan li-llahi ta'ala.

“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya menjadi tanggunganku, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”  

6. Niat zakat fitrah untuk orang yang diwakilkan

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ (..…) ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ  

Nawaytu an ukhrijaza zakat alfitri 'an ... farada lillahi ta'ala.

“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk… (sebutkan nama spesifik), fardu karena Allah Ta‘âlâ.”  

Sementara itu, seorang penerima disunnahkan mendoakan pemberi zakat dengan doa-doa yang baik. Doa bisa dilafalkan dengan bahasa apa pun. Berikut contoh doa yang bisa dilafalkan setelah menerima zakat.

ﺁﺟَﺮَﻙ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﻋْﻄَﻴْﺖَ، ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻟَﻚَ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ  

“Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang engkau berikan, dan semoga Allah memberikan berkah atas harta yang kau simpan dan menjadikannya sebagai pembersih bagimu.”

Wallahu 'alam. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

21. 3 Amalan yang Dianjurkan pada 10 Hari Terakhir Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  

Bulan Ramadhan merupakan bulan Istimewa. Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar di antara bulan-bulan lain, utamanya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Dalam tulisannya yang berjudul “Ini Tiga Amalan Utama Sepuluh Akhir Ramadhan”, Dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hengki Ferdiansyah, mengatakan bahwa keutamaan sepuluh malam terakhir Ramadhan dijelaskan dalam hadits riwayat ‘Aisyah sebagai berikut:

“Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al- Bukhari).

Lantas, apa saja amalan utama yang dianjurkan untuk dilakukan pada waktu tersebut? 

Menurut Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in terdapat tiga amalan yang mesti dilakukan pada sepuluh akhir Ramdhan.

Pertama, memperbanyak sedekah, mencukupi kebutuhan keluarga, dan berbuat baik kepada kerabat dan tetangga. Seseorang bisa menyediakan buka puasa semampunya bagi orang yang puasa, meskipun sekadar memberi segelas air.

Kedua, memperbanyak membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an disunahkan kapanpun dan di manapun selain tempat dilarang membaca Al-Quran, seperti toilet.

Dalam penjelasan Imam An-Nawawi, membaca Al-Qur’an di akhir malam lebih utama daripada awal malam. Pendapat ini juga dikemukakan Abu Bakar Syatha yang mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an di malam hari lebih baik daripada siang hari karena lebih fokus. 

Sementara itu, membaca Al-Qur’an yang paling baik di siang hari adalah setelah shalat shubuh.

Ketiga, memperbanyak i’tikaf. Hal ini sesuai dengan kebiasaan Rasulullah yang meningkatkan ibadah dengan cara beri’tikaf di masjid pada sepuluh akhir Ramadhan.

Wallahu a'lam bisshawab. Wassalamu'alaikum Warohmatuillaahi Wabarokaatuh.

22. Amalan Rasulullah di 10 Malam Terakhir Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,    

Rasulullah saw melakukan ibadah yang dilakukan khusus pada 10 malam terakhir.

Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadhan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Muslim, ‘Aisyah meriwayatkan:

   ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح   

“Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh,” 

Kedua, Rasulullah saw selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hadits Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:

  قام بهم ليلة ثلاث وعشرين وخمس وعشرين ذكر أنه دعا أهله ونساءه ليلة سبع وعشرين خاصة   

“Bahwasannya Rasulullah saw beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29.”   

Ketiga, Rasulullah mengencangkan ikat pinggang dalam arti menghindari tempat tidur pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Hal ini bersandar pada hadits:

 في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله”   

Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.   

Keempat, Rasulullah saw pernah menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal)  pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan. Namun puasa wishal tidak dianjurkan untuk ditiru oleh pengikutnya.

 وروي عنه من حديث عائشة وأنس أنه صلى الله عليه وسلم :”كان في ليالي العشر يجعل عشاءه سحوراً   

Kelima, Rasulullah saw mandi dan membersihkan diri dan memakan wangi-wangian menjelang Isya’ selama 10 hari terakhir Ramadhan dengan harapan memperoleh laylatul qadar.   

Keenam, Rasulullah saw selalu beri’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Wallahu a'lam bisshawab. Wassalamu'alaikum Warohmatuillaahi Wabarokaatuh.

23. Meningkatkan Kualitas Qiyamul Lail dan I'tikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan


24. Memperbanyak Dzikir dan Doa di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan


25. Meraih Keberkahan dan Pahala Lailatul Qadar dengan Istiqamah Beribadah


26. Mengenal Lebih Dekat Perintah Zakat Fitrah di Akhir Bulan Ramadhan


27. Takbir Hari Raya Idul Fitri

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,    

Hari Raya Idul Fitri merupakan kemenangan bagi seleuruh umat muslim di dunia usai menjalankan ibadah puasa. Idul Fitri juga merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu, di mana orang saling bertemu, momen pulang kampung, kumpul bersama keluarga, saling maaf memaafkan, dan masih banyak lainnya lagi.

Momen yang tak kalah dirindukan adalah melaksanakan sholat Idul Fitri pada pagi hari. Gema takbir berkumandang dan tentunya menyentuh hati seluruh umat muslim ketika mendengarnya. Mengumandangkan takbir saat menyambut hari raya Idul Fitri merupakan sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW.

Gema takbir di mana-mana membuat hati menjadi tenang dan sejuk. Aura kebahagiaan seluruh umat muslim pun terpancarkan. Takbir juga disebut dzikir, oleh karena itu tidak ada batasan untuk takbir asal masih wajar. Mengagungkan sang pencipta dalam lantunan takbir Idul Fitri tentunya membuat diri seseorang merasa lebih dekat dengan Allah SWT.

Takbir terbagi dua macam yakni takbir mursal dan takbir muqayyad. Takbir mursal adalah pembacaan takbir yang tidak terikat waktu sehingga dianjurkan sepanjang malam. Seperti takbir di malam Idul Fitri dan Idul Adha.

Waktu melaksanakan takbir mursal dimulai dari terbenamnya matahari malam Id hingga imam melakukan takbiratul ihram shalat Id, meliputi Idul Fitri maupun Idul Adha.

Sementara takbir muqayyad merupakan takbiran yang terbatas pada waktu, seperti pembacaan takbir setiap selesai sholat lima waktu selama hari raya Idul Adha dan Hari Tasyrik, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.

Waktu pembacaannya adalah setelah sembahyang shubuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga ashar akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengartikan "wa li tukabbiru Allaha ala maa hadaa kum" (QS. al-Baqarah: 185) dengan 'mengagungkan Allah atas hidayah dan tuntunan yang diajarkan lewat Rasul kepada manusia.'

Bacaan takbir:

"Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd"

Artinya:

"Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tiada Tuhan selain Allah, Allah maha besar Allah maha besar dan segala puji bagi Allah."

Atau adapaun bacaan takbir secara lengkap:

"Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar..

Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar.

Allaahu akbar walillaahil - hamd.

Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.....

Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa,...

wasubhaanallaahi bukrataw - wa ashillaa.

Laa - ilaaha illallallahu walaa na'budu illaa iyyaahu

Mukhlishiina lahuddiin

Walau karihal - kaafiruun

Walau karihal munafiqun

Walau karihal musyriku

Laa - ilaaha - illallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah, - wa - a'azza - jundah, wahazamal - ahzaaba wahdah.

Laa - ilaaha illallaahu wallaahu akbar.

Allaahu akbar walillaahil - hamd.
"

Artinya:

"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.

Tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah dan Allah Maha Besar.

Allah Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

Allah Maha Besar dengan segala kebesaran,

Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya dan maha suci Allah sepanjang pagi dan sore.

Tiada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam meskipun orang kafir, munafiq dan musyrik membencinya.

Tiada Tuhan selain Allah dengan ke Esaan-Nya. Dia menepati janji, menolong hamba dan memuliakan bala tentara-Nya serta melarikan musuh dengan ke Esaan-Nya. Tiada Tuhan selain Allah, Allah maha besar. Allah maha besar dan segala puji bagi Allah."

Wallahu 'alam bishawab.

28. Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Berakhlaqul Karimah


29. Mempererat Tali Silaturahim di Hari Raya Idul Fitri


30. Keutamaan Puasa Sunnah Syawal setelah Bulan Ramadhan


Posting Komentar untuk "30 Ceramah Singkat Kultum Tarawih dan Ba'da Subuh Ramadhan 2023"