Iklan Header

SUAMIKU, AKU KELAPARAN! Baca woi para suami

Oleh: Titis.

Pagi ini kutelan nasi putih lauk kecap sambil menahan airmata. Sungguh bukan aku tak bersyukur. Tapi lebih karena kulihat putra kecilku dengan lahapnya menyantap sarapan sederhana dipiringnya tanpa mengeluh. Tanpa bertanya, kenapa hanya ini sarapan kami. Sungguh besar pengertianmu, Nak. Meski usiamu baru 3 tahun, kau sungguh anak yang selalu membesarkan hati Ibu.



Sudah 3 hari ini aku tak memegang uang sepeserpun. Bukan hal yang luar biasa memang. Dan akupun mulai terbiasa. Suamiku hanya seorang kuli bongkar muat barang dengan upah mingguan. Aku tak pernah menuntut macam-macam darinya. Ku syukuri sedikit atau banyaknya Rupiah yang Ia berikan padaku tiap minggu.

Ini juga bukan pertama kalinya Ia bersikap cuek dengan keadaan kami yang sulit ini. Aku selalu mencoba berpikir positif, mungkin saja Ia malu karena merasa tidak mampu mencukupi kebutuhan kami. Sehingga pura-pura tidak tahu kalau aku dan anakku tengah kelaparan.

Masih untung persediaan beras kami masih cukup. Minggu lalu ketika kami pulang kerumah Ibuku, Ibu membawakan kami sekarung kecil beras. Cukuplah sampai akhir bulan.

Beras inilah  yang 1 atau 2 kilonya aku tukar dengan lauk seadanya untuk makan Fahri, putra semata wayangku.

Aku sebenarnya biasa berpuasa. Tapi saat ini, ada janin 13 minggu yang sedang bertumbuh kembang dalam rahimku. Dan itu membuatku sering mual muntah, lemas, tak berdaya.

"Bu, kakak mau jajan" rengekkan Fahri membuyarkan lamunanku.
"Hmmm...Ibu belum punya uang, Nak" jawabku sambil menyeka airmata.
"Nanti ya Bu, kalo Ayah udah pulang kerja trus bawa duit"
"Iya, Nak" aku mencoba tersenyum meski menahan perih melihat betapa ikhlasnya Ia dengan keadaan ini.

Aku tak berbicara dengan suamiku. Entah, rasanya muak melihat ketidakpeduliaannya yang makin menjadi-jadi.
Aku hanya ingin Ia bertanya, "Hari ini Ibu sama Fahri makan pake apa ?" atau "Punya uang gak Bu untuk beli lauk hari ini ?"

Sudah jelas Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, di dapur hanya ada beras. Minyak goreng, bawang, cabai, sampai gas pun tak ada.
Disini kami orang baru dan tidak ada sanak saudara.
Mengapa tidak sedikitpun membuatnya berpikir, apa yang anak dan istrinya makan berhari-hari ini.
Mentang-mentang perutnya sudah kenyang karena mendapat jatah makan dari tempatnya bekerja.

Suamiku, tahukah Kau ?
Aku lelah. Aku kelaparan.
Aku bisa saja pinjam uang kepada teman atau orangtuaku. Tapi apa Kau fikirkan untuk membayarnya ?
Aku sudah malu. Hutangku tercecer dimana-mana. Hutang hanya untuk makan. Kita makan bersama-sama, dan aku sendiri yang harus membayarnya ?

Akupun sudah tak ikhlas lagi bekerja membantumu. Aku pontang-panting bekerja, kau duduk manis dirumah menghabiskan rokok dan kuota.

Tuhan...
Harus kudo'akan apa suami macam ini ?

Baca juga: ISTRI CANTIK TETANGGA SEBELAH

Kisah Nyata dg Bumbu Drama
Nama dan lain-lain disamarkan

Posting Komentar untuk "SUAMIKU, AKU KELAPARAN! Baca woi para suami"